Senin, 14 Januari 2013

BROKEN HEART

Ini adalah luapan hatiku. Isi atas segala pikiranku.

Mencintai menjadi hal terindah dalam kehidupan setiap orang. Aku rasa juga begitu. Mencintai seseorang begitu dalam menjadi hal pertama yang kurasakan di usiaku yang kedua puluh. Anganku tinggi berharap itu juga akan menjadi yang terakhir. Namun, semua hal menyenangkan itu musnah dalam sekejap oleh kebohongan besarnya. Bagai kapal yang semula berlayar tenang tiba-tiba terhempas badan dan ombak lalu hancur membentur karang.

Aku duduk pada sebuah bangku panjang di koridor kelas. Ini hari sabtu, suasana kampus begitu lengang tidak seperti biasanya. Kuliah tambahanku telah selesai sepuluh menit yang lalu. Teman-temanku telah pulang. Mungkin hanya aku yang masih tinggal. Ya, aku memang lebih suka seperti ini. Berdiam diri di kampus untuk sekedar mencuri koneksi internet gratis. Bukankah itu gunanya kampus memfasilitasi wifi?

Kubuka laptop hitam kesayanganku. Meyalakan dan menunggu loading awal. Lima menit berlalu, kusambungkan koneksi internet laptopku pada wifi kampus. Tidak butuh waktu lama, langsung tersambung. Aku pun membuka situs media sosial yang biasa aku kunjungi. Memasukan email dan password. Sekejap, akun facebook-ku terbuka. Tidak banyak pemberitahuan. Akunku begitu sepi seperti kuburan. Wajarlah ini akun yang kubuat seminggu yang lalu. Bisa dibilang akun palsu karena semua info pada profilnya berupa karangan belaka, termasuk nama.

Setelah cukup melihat-lihat tampilan pada beranda akunku, aku mulai memasukkan sebuah nama dalam kolom pencarian. Mengklik sebuah akun dan jret, layar laptopku berubah menampilkan profil seseorang. Mataku liar menelusuri setiap detail yang terlihat pada dinding akun itu. Mendadak hatiku ngilu, tertusuk-tusuk ribuan paku tajam. Aku tersenyum kecut.

Jadi, seperti itu yang ia lakukan tanpa sepengetahuanku. Padahal aku tulus. Rasa perih di hatiku seketika berubah menjadi amarah. Sebuah panggilan yang biasa kugunakan untuk mengklaim milikku tertoreh pada sebuah status dan komentar di akun itu. Sampai seperti itu dia mengkhianatiku.



Detik berikutnya aku memutuskan logout, membuka akun asliku sendiri. Untunglah teman-teman dekatku sedang banyak yang online. Aku menulis sebuah status sindiran tajam dan langsung direspon oleh seorang teman pria yang perhatian padaku. Dia menorehkan komentar konyol. Amarahku lenyap berubah senang. Dalam waktu singkat aku sudah larut dengan guyonan konyol temanku itu. Teman memang selalu menjadi penghibur menyenangkan di saat hati sedang kalut.

Saat sedang tenggelam dalam keakraban bersama temanku itu, mendadak muncul sebuah komentar singkat dari pria lain. Sangat singkat tapi aku tahu maknanya.

"Hmmm." Begitulah yang dia tulis. Aku mengacuhkannya meski aku tahu dia sedang merasa kesal karena aku akrab dengan orang lain. Aku membatin merutukinya. Seenaknya saja bersikap posesif padahal kenyataannya aku hanya berteman dengan orang lain dan tidak melakukan hal yang diluar batas tapi dia sendiri dibelakangku telah berkhianat, berbohong besar.

Aku tersenyim pahit. Tak membalas apapun komentarnya itu. Sangat tidak adil. Dia melarangku akrab dengan orang lain. Sementara dia kubiarkan berteman dengan siapapun. Malah yag terburuk dia menjalin hubungan dengan wanita lan, yang sama seperti yang dijalani denganku.

Aku patah hati sudah lama. Sebulan lebih mungkin. Tapi aku memilih diam, mengikuti permainannya. Aku ingin lihat apa yang akan dia lakukan berikutnya. Dan menunggu seorang pembohong besar itu mengaku. Kita lihat saja nanti siapa yang akan tercabik-cabik dan hancur.

Ingatlah hukum karma akan selalu ada. Satu kalimat itu terpatri manis dalam benakku. Membuatku tetap tegar dan menangis sedikit pun meski hatiku sudah berkeping-keping.

"An." Satu tepukan di bahu kananku seketika membuyarkan lamunanku. Aku menoleh. Seorang gadis sebaya denganku berdiri sambil tersenyum. "Ayo pergi!"

Aku mengangguk dan segera mematikan laptopku. Bergegas mengiring gadis itu turun. Aku ingin menikmati kebebasanku. Berkumpul lagi bersama teman-temanku tanpa batas keposesifan dari orang lain. Ini hidupku dan aku tidak mau diatur lagi.

Selamat tinggal penghancur hati. Engkau hanyalah badai yang lewat sekilas dalam hidupku. Tak akan kubiarkan diriku porak-poranda. Selama masih ada kekuatan dan niat, apa yang telah engkau hancurkan akan kubangun lagi. Dan aku akan menjadi pribadi yang baru. Yang mungkin tak akan bisa engkau kenali lagi. Selamat tinggal badai.
______***______