Selasa, 07 Juli 2015

RINDU FANA

Ah, entah sudah berapa lama aku tidak merapalkan kata sakti itu. Sebuah kata yang selalu saja menjadi akar masalah kegalauan para manusia yang dimabuk cinta. Tapi, aku tidak sedang dimabuk cinta. Aku sudah lama tidak menjamah ranah cinta. Ini bukan rindu jenis yang seperti itu.
.
.
Yang kurindukan tak bisa kusentuh. Bahkan untuk sekedar mendengar suaranya pun aku tak bisa. Dia hanya mampu menjadi objek kerinduanku yang abstrak.
Entah, mendadak aku mengingatnya. Ada rasa sesak di dada. Mataku berkaca-kaca. Sendu. Ini buruk. Aku benci keadaan seperti ini.
.
.
Tak ada yang bisa menjadi obat dari kerinduan ini. Aku hanya bisa mencari pengalih pikiran. Menyibukkan diri agar tidak terjebak dalam kehampaan. Kehampaan, rasa sepi hanya akan membawaku semakin dalam tenggelam dalam rindu fana ini. Aku tidak mau. Ini bukanlah suatu perasaan menyenangkan yang nyaman untuk disimpan.
.
.
Aku merindukanmu, Dan. Ingin sekali bibir ini menyuarakannya. Sayangnya, tak pernah ada suara yang keluar dari bibirku untuk menyuarakan kalimat ajaib itu. Dan, satu kata yang kugunakan untuk menamainya. Menandai kespesialan dirinya. Hanya aku yang memanggilnya begitu. Ah, Dan... apa kamu baik di sana?

.
.
.
.
Semarang, 7 Juli 2015