Sabtu, 11 Mei 2013

Love Younger *Part 2


Bukan Nela namanya kalau ditolak sekali langsung menyerah. Gadis remaja itu masih bersikeras bahkan kini ia memaksa mengikuti Dhimas kemana saja. Nela merengek terus sampai akhirnya Dhimas terpaksa menuruti permintaannya. 

"Ingat, jangan bikin keonaran!" Untuk kesekian kali Dhimas memperingatkan Nela. 

"Beres, Om!" Nela mengacungkan ibu jari kedua tangannya. Dhimas mendengus kesal. Apa boleh buat.

Selama beberapa jam yang dilakukan Nela di ruangan Dhimas hanya duduk di hadapan pria itu, memandanginya dengqn tatapan memuja dan sesekali terkekeh. Tapi lama-kelamaan Nela mulai bosan.

Dia sedikit heran dengan apa yang dilakukan Dhimas. Eksekutif muda yang benar-benar sibuk. Tidak ada sedikit waktu pun untuk mengobrol dengannya. 

"Kamu nggak bosen melihatku seperti itu?" 

Nela tersentak, lamunannya buyar. Senyumnya terkembang seketika. Akhirnya bisa mengobrol dengan pujaan hatinya. "Aku nggak akan pernah bosen buat memandangi wajah orang yang kusuka," akunya jujur. 

Dhimas menghembuskan napas keras-keras. Anak ini... 

"Kamu nggak lapar?" tanya Dhimas mengalihkan pembicaraan. 

Nela menggeleng. "Aku sudah kenyang hanya dengan melihat Om." 

"Terserahlah!" Dhimas tidak mau ambil pusing. Dia bangkit dan melenggang pergi begitu saja. 

"Lho, Om...Tungguin!" Nela kebingungan, tidak mengerti mengapa pria itu mendadak pergi. Nela ikut bangkit dan mengejar langkah Dhimas. 
**

Mereka makan di sebuah restoran siap saji dekat kantor Dhimas. Saat-saat jam makan siang adalah saat dimana sulit menemukan kursi kosong di restoran itu. Dhimas membawa baki berisi makanannya sambil memutar kepalanya ke kanan dan kiri, mencari tempat untuk mereka makan. Sementara itu, Nela bersikap santai. 

"Eh, itu kosong Om!" tunjuk Nela pada satu meja di sudut ruangan. Tanpa aba-aba gadis itu sudah mendahului Dhimas. Nela duduk di kursi yang ia tunjuk. Dhimas mengikuti dengan duduk di hadapannya. 

"Om, memangnya Om nggak bosen ya kerja rodi seperti itu? Om nggak sayang sama masa muda Om?" Nela mengajukan pertanyaan disela-sela mengunyah makanannya. Ia sangat ingin tahu kehidupan Dhimas sesungguhnya dan bagaimana cara pandang pria itu. 

Tiba-tiba Dhimas mengentikan laju burger di tangannya yang sudah sampai di ambang mulut. "Itu sudah jadi kewajiban dan tanggung jawabku. Lagi pula masa mudaku sudah lewat," jawabnya. Lalu memasukkqn burgernya ke dalam mulut. 

"Lewat bagaimana? Om kan belum tua?" sahut Nela tidak sependapat. 

"Iya, tapi sudah bukan zamanku untuk senang-senang setiap waktu." 

"Tapi kan Om harusnya kasih waktu sesekali buat bersenang-senang. Kerja terus nggak capek apa?" tutur Nela. 

"Iy..." 

"Dhimas?" 

Dhimas mengatupkan mulutnya, mengurungkan niat untuk membalas ucapan Nela. Suara seorang wanita memanggil namanya mengalihkan perhatian pria itu. Dia mendongak ke samping. Seorang wanita cantik seusianya berdiri sambil menyunggingkan senyum. "Febi!" serunya seraya bangkit. 

"Boleh aku  gabung?" tanya Febi pada Dhimas.

"Oh tentu saja." Dhimas mempersilahkan. Nela terlihat tidak suka.

"Untung ada kamu disini, kalau tidak aku nggak tahu harus duduk dimana." Febi mulai beceloteh. Suaranya manja dan riang. "Oh, ya kamu sama siapa?" tanyanya.

Dhimas tidak menjawab. Hanya melirikkan mata ke hadapannya. Febi mengikuti arah pandangan Dhimas. Barulah dia sadar ada Nela di depan Dhimas. 

Jadi, aku tidak dilihat sejak tadi? Wanita menyebalkan, gerutu Nela dalam hati. Merasa dipandangi, ia balas memandang dengan tatapan sengit. 

"Siapa? Setahuku adikmu tidak semuda ini?" tanya Febi sambil mengalihkan pandangan pada Dhimas. 

Dhimas berdeham pelan. Rasa sulit mengatakan apa untuk menjawab pertanyaan itu. "Dia keponakanku." Hanya itu jawaban yang logis dan memang benar Nela keponakannya. 

Nela tentu saja kecewa mendengarnya. Padahal dia sudah berharap lebih. Mana mungkin? Jangan bermimpi Nela! Tadi pagi saja dia menolakku, pikirnya. 

"Hah? Adikmu punya anak sebesar ini?" Febi tak percaya. Padahal beberapa tahun lalu saat ke rumah Dhimas dia melihat Kiran tidak dalam.keadaan hamil. 

Dhimas sontak terkekeh. Pemikiran Febi benar-benar lucu. "Nela keponakan jauhku, anak dari kakaknya iparnya adikku. Aduh gimana ya.. yang jelas bukan dari keluarga kandungku, tapi keluarga iparnya adikku," terang Dhimas. Cukup sulit juga menjelaskan hubungan kekerabatan jauhnya dengan Nela. 

Febi membulatkan mulutnya sambil manggut-manggut. "Oh, ya perusahaanmu makin maju saja. Aku dengar mau memperluas di bidang media ya? Wah makin serakah saja kamu." 

Dhimas tersenyum. Tidak heran kalau Febi mengiranya serakah. Perusahaan yang dia pimpin memang bergerak dalam banyak bidang. Bimantara Group sudah berkembang luas. Perhotelan, property, advertising, swalayan, bahkan sekarang Dhimas sedang merencanakan untuk membeli salah satu perusahaan majalan fashion. "Ya, namanya juga usaha," jawab Dhimas singkat. 

"Haha.. kamu tidak berubah ya? Aku senang lho bisa bertemu kamu. Sudah dua tahunan lebih kan tidak bertemu." 

Dhimas mengangguk mengiyakan. "Kamu kerja dimana, Feb?" 

Sadar atau tidak Dhimas dan Febi sibuk saling mengobrol, tidak memperdulikan Nela. Memangnya aku mengerti apa yang mereka bicarakan? Pekerjaan Om Dhimas saja aku tidak mengerti betul, runtuknya dalam hati. Gadis itu hanya menunduk memandangi ujung sepatunya. Bukan jarak umur saja yang jauh, perbedaan di antara mereka juga. Om Dhimas benar-benar jauh, terlalu sulit untuk digapai. Rasa ketidakpercayadiri menghinggapi Nela. Rasanya semua yang dilakukan dia sia-sia. Dia tidak akan pernah menggapai Dhimas. 

"Om, aku pulang dulu!" ujar Nela serak. Begitu cepat gadis itu beranjak dari tempatnya sampai-sampai Dhimas tidak sempat menanggapi. Gadis itu sudah menghilang dari hadapannya. 

Astaga, kenapa gadis itu? Dhimas tidak habis pikir dengan sikap aneh Nela. 

"Feb, aku pergi dulu ya. Maaf nggak bisa menemani kamu lebih lama," pamit Dhimas. Entah dia merasa ada yang tidak beres dengan sikap Nela. Membuatnya tidak tenang. 

Febi hanya mengangguk. Dhimas pun pergi menyusul Nela. Dia harus mengetahui keadaan gadis itu. Kalau dipikir-pikir lagi dia sudah mengacuhkan Nela terlalu lama tadi. Mungkin saja gadis itu kesal. Dhimas jadi tidak enak hati. Harusnya dia bisa bersikap lebih baik.
***
East Coast Park, sebuah taman pantai yang terletak di pantai tenggara Singapura. Orang-orang mendatanginya untuk bersantai dan menikmati liburan mereka bersama keluarga atau teman. Terdapat bermacam-macam fasilitas di East Coast Park. Yang paling menyenangkan adalah track sepanjang 15 km untuk bersepeda maupun inline skate.

Dibuka pada tahun 1970, ketika pemerintah menyelesaikan tanah reklamasi lepas pantai di Katong yang memanjang dari Changi ke Tanjong Rhu. Taman pantai terbesar di Singapura, East Coast Park memiliki luas sebesar 185 hektar. Pantai dibangun sepenuhnya pada tanah reklamasi buatan manusia, disini semua orang dapat berenang. Pantai ini dilindungi oleh pemecah gelombang, dengan tidak ada fitur alam lainnya.

Sayangnya semua keindahan yang tersaji di East Coast Park harus Nela nikmati sendiri. Dia tidak menyangka bisa berada di tempat ini. Padahal Nela berniat pergi ke Merlion Park, tempat yang paling sering para turus kunjungi. Nela duduk sendirian, memandangi lalu lalang orang. Tak ada keluarga atau teman yang menemani. Benar-benar sendiri.

Mungkin ada baiknya Nela pulang lebih awal. Ya, lagi pula selama ini dia hanya menjadi pengganggu bagi Dhimas. Nela menunduk menatap ujung flat shoes coklat yang dipakainya. Dia harus membuat sebuah keputusan, pikirnya.

Beberapa menit kemudian gadis itu mengangguk mantap. Sudah diputuskan. Semangatnya kembali bangkit. Nela pun berdiri, sedikit melompat saking semangatnya.

Dug! Bukannya berdiri tegak, tubuh Nela malah oleng, tersentak ke belakang. Dia tidak sempat menghindar saat kepalanya membentur sesuatu di depannya. Nela kira akan terjerembab ke belakang, tapi ternyata tubuhnya malah berdiri miring. Sebuah lengan menahan tubuhnya.

"O...Om... Dhimas!" ucapnya terbata ketika melihat siapa orang yang membuat dia oleng sekaligus menahan tubuhnya.

"Kamu tahu sudah membuat orang kerepotan?" ketus Dhimas.

Mengetahui nada suara Dhimas terlihat marah, Nela menjauhkan diri segera. "Ma-maaf."

"Aku kan sudah bilang tadi, jangan buat keonaran! Gara-gara mencari kamu, beberapa jadwalku terpaksa kubatalkan."

Dhimas memang benar-benar marah. Nela menunduk. Lagi-lagi dia hanya menjadi pengganggu. Cuma bisa merepotkan! "Ma-maafkan aku, Om. Aku tidak akan mengganggu Om lagi," ucapnya penuh penyesalan dengan suara nyaris serak. Matanya memanas. Nela hampir menangis. Itu tidak boleh terjadi. Ia tidak.boleh menangis. "Aku tidak akan mengganggumu lagi!" Satu kalimat tegas meluncur lagi. Dengan segenap ketegaran yang ia kumpulkan, Nela berjalan melewati Dhimas.

Tidak ada kemanjaan, senyum riang atau cengiran khas itu. Dhimas ternganga. Kenapa dia? Nela terlihat berbeda. Apa Dhimas terlalu keras memarahinya? Nela marah? Dhimas bertanya-tanya dalam hati. Terpaku di tempat.

Dhimas tidak bermaksud untuk memarahi Nela secara berlebihan. Semua itu hanya luapan kecemasannya. Selama beberapa jam tadi dia mencari Nela bagaikan orang gila. Dia takut terjadi sesuatu pada gadis mungil itu. Namun, kenapa yang Dhimas dapatkan malah ucapan dingin gadis itu?
***

Nela berubah seketika. Gadis itu seperti sedang menjauhi Dhimas. Saat pertemuan mereka ketika sarapan, Nela tidak lagi menyapa dengan riang seperti biasa. Dia hanya melayangkan senyuman kecil ketika beradu pandang dengan Dhimas. Nela lebih banyak berbicara dengan Eva ketimbang Dhimas. 

Harusnya Dhimas senang tidak lagi mendapat gangguan dari gadis itu. Tapi ia tampak tidak tenang. 

Dhimas menghela napas sejenak, mengusir pikiran dan perasaan tidak enaknya. "Ma, aku berangkat dulu," pamitnya seraya mengecup pipi Eva. Dia mengalihkan padangan pada Nela. Gadis itu malah melengos tidak mau melihatnya. Dhimas tidak mau memikirkannya. Dia pun beranjak pergi. 

Nela hari ini mengisi kegiatannya dengan berjalan-jalan menyusuri jalanan di sekitar Merlion Park. Banyak turis dari berbagai negara yang ia temui. Nela lebih banyak menggunakan kamera digitalnya untuk memotret di sana. Menyalurkan hobi fotographinya. Menyibukkan diri adalah salah satu cara terbaik untuk melupakan seseorang. 

Huft. Nela menghela napas panjang. Rasanya berat. Sedang apa ya Om Dhimas sekarang? Pasti sibuk rapat ini itu. Nela mengeleng kepalanya cepat. Mengusir pikirannya barusan. Apa sih yang aku pikirkan ini? Kau tidak boleh memikirkannya terus Nela...dengusnya dalam hati. Ia mengalihkan perhatian pada kameranya lagi seraya berjalan pelan. 

Bruk! Gadis itu menabrak seseorang akibat tidak memperhatikan jalan di depannya. Dia tidak terjatuh tapi orang yang ditabraknyalah yang terjatuh. Benda yang orang itu bawa berceceran. Buku-buku tebal dan lembaran kertas entah berisi apa tercecer di dekatnya. Sontak Nela berjongkok membantu orang yang dia tabrak memunguti barang-barangnya. "Maaf..maaf... aku tidak sengaja," ucap Nela. 

"Eh, tidak apa-apa. Aku juga yang salah." 

Nela terkejut mendengar sahutan orang itu. Dari dialeknya yang ditabraknya adalah oranf Indonesia. Nela mengangkat kepalanya memandangi orang yang ia tabrak. Seorang pria berkulit gelap tengah memeluk tiga buah buku tebal dengan lembaran keras yang tersembul di antara buku itu. 

"Eh? Orang Indonesia ya?" Nela tida dapat menahan rasa ingin tahunya. 

Pria berkulit gelap itu membelalak lalu tersenyum. "Iya." Ia memindahkan buku-bukunya ke tangan kiri. Tidak lama tangan kanannya terulur pada Nela. "Armand," ucapnya memperkenalkan diri. 

Nela tersenyum ramah dan membalas uluran tangan itu, menyalaminya. "Arnela Maharani."

Armand Priambudi adalah mahasiswa Singapure University jurusan kedokteran. Dia tinggal di negara singa sudah lebih dari dua tahun. Di Indonesia dia tinggal di Jakarta. Nela sempat mengira Armand adalah orang Ambon karena kulitnya yang hitam itu. Tebakan Nela tidak salah sih. Armand memang memiliki darah Ambon dari neneknya.

Nela merasa senang dapat bertemu Armand. Setelah berbincang-bincang dengan pria berumur dua puluh tahun itu dia merasakan kecocokan. Armand suka bercerita tentang berbagai hal. Dalam sekejap saja Nela langsung tahu sebagian kehidupan Armand.

"Sepertinya aku harus pergi." Armand melirik arloji di tangan kanannya. Sudah hampir siang, dia ada kuliah setelah jam makan siang nanti.

"Baiklah, aku juga harus pulang," sahut Nela ikut berdiri. "Senang bisa mengenalmu, Kak." Nela mengulurkan tangannya hendak menyalami Armand.

Pria itu menyambutnya. "Ya, aku juga senang. Em.. tapi aku tidak ingin mengucapkan selamat tinggal padamu."

"Apa?" Nela mengernyit tak mengerti.

"Kau masih di sini selama beberapa hari kan?"

Nela mengangguk. Tadi dia sudah menjelaskan keperluannya datang ke negara singa ini adalah untuk mengisi libur semesternya.

"Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi?" usul Armand.

Nela berpikir sejenak. Tidak salahnya dia menerima ajakan itu. "Baiklah."

"Oke, besok saat jam makan siang kita bertemu di sini lagi!" Armand tampak semangat.

Nela balas mengangguk. Sisa liburannya tidak akan membosankan karena ada seseorang yang akan menemaninya jalan-jalan.

"Oke, sampai jumpa besok!" Armand melangkah menjauh sembari melambai pada Nela.

Huuuh. Rasanya Nela tidak sabar untuk besok. Pasti menyenangkan.
***

Dhimas pulang lebih cepat hari ini. Rasa bersalah karena sudah memarahi Nela kemarin membuatnya tidak tenang. Dia bertekad untuk meminta maaf.

Saat masuk ke dalam rumah, suasana tampak sepi. Dhimas langsung menaiki tangga menuju lantai dua dimana kamar Nela berada.

Tok tok tok. Dhimas mengetuk pintu kamar Nela beberapa kali. Ceklek. Gadis itu membukanya beberapa menit kemudian. Tidak ada lagi wajah dingin seperti tadi pagi. Dhimas bernapas lega.

"Om Dhimas?" Gadis itu jadi kebingungan.

"Ehem." Dhimas berdeham sebelum mulai berbicara. "Boleh aku masuk?"

Neka tidak tahu harus menjawab apa. Mau tak mau dia mempersilahkan Dhimas masuk. "Ada apa Om cari Nela? On tidak kerja? Apa aku membuat kesalahan lagi?"

Dhimas tidak langsung menjawab rentetan pertanyaan Nela. Dia menarik gadis itu duduk di atas tempat tidur. "Duduklah dulu."

Nela menurut.

"Kerjaanku sudah selesai. Aku sengaja pulang lebih awal dari biasanya," jelas Dhimas. "Em.. apa kamu marah padaku, Nela?"

Nela terdiam sebentar, mencerna pertanyaan Dhimas.

"Untuk apa aku marah sama Om?" tanya Nela. 

"Karena kemarin-kemarin aku kelewatan memarahimu," jawab Dhimas. 

Nela malah tergelak. "Nggak mungkin aku marah karena itu, Om. Itukan aku memang salah, Om memang pantas memarahiku." 

"Lalu kenapa kamu seperti menghindariku?" 

Nela mengerti sekarang. "Om sendiri kan yang bilang supaya aku nggak ganggu Om. Jadi aku memutuskan untuk menjauhi Om." 

Dhimas terdiam, tidak tahu harus menanggapi dengan cara bagaimana. Dia sendirilah yang secara tidak langsung sudah menyuruh Nela menjauh darinya. 

"Om.. Om kenapa?" Nela menyadarkan Dhimas yang terdiam. 

"Ak-aku minta maaf untuk itu. Maksudku bukan seperti itu," ujar Dhimas sedikit tergagap. 

Nela mengulas senyum kecil. Memperlihatkan sisi kedewasaannya. "Tidak apa, Om. Nela mengerti kok."

Dhimas terpana sejenak. Nela terlihat berbeda kali ini. Dhimas jadi bertanya-tanya seperti apa sebenarnya sosok seorang Arnela Maharani itu. Selama ini Dhimas bersikap cuek tidak mau mengenalnya lebih jauh. 

"Hanya itu saja kan yang mau Om bicarakan denganku?" 

Dhimas mengangguk pelan. 

"Ya, sudah. Om bisa keluar dari kamarku? Aku mau menelepon ibuku dulu," pinta Nela. Mau tak mau Dhimas menurut, menyingkir dari kamar Nela.
***


LOVE YOUNGER *Part 1



Sepasang pengantin itu berdiri di pelaminan dengan wajah bahagia. Orang-orang menghampiri keduanya, menyalami sekaligus memberi ucapan selamat. Sang mempelai pria berulang kali melirik wanita di sebelahnya. Wanita itu cantik sekali malam ini. Ia bahagia bisa menjadi suaminya. Impiannya untuk mempersunting wanita di sebelahnya akhirnya tercapai. 

Kiran merasakan lirikan aneh pria yang sudah menjadi suaminya itu. Ada perasaan risih. Ia tidak biasa dipandangi seperti itu. apa dandanannya aneh? luntur? atau kebayanya tidak cocok? Kiran sudah berpikiran negatif mengenai arti pandangan suaminya. "Ada yang aneh ya?" bisik Kiran pada suaminya saat orang yang menyalaminya tidak ada.

Junot tersenyum manis. "Kamu cantik, Sayang."

Kiran merona seketika. Selain karena pujian dari Junot, ia malu karena itu pertama kalinya Junot memanggilnya sayang.

"Lebih cantik lagi saat kamu merona seperti ini, aku suka," bisik Junot tepat di telinga Kiran. muka Kiran semakin merah saja. Semua orang terpana melihat kemesraan sepasang pengantin itu. Mereka mengira Junot sedang mencium pipi istrinya. Membuat orang-orang iri saja.

"Aih, kalian ini... jangan mengumbar kemesraan di depan umum, bikin iri orang saja!" cibir Sabila, menghampiri pasangan itu. Junot memelototi sahabatnya itu.

"Suka-suka dong! Ganggu orang bahagia saja!" balasnya sengit.

"Ishhh.... awas ya kalau kamu mengadu padaku lagi saat Kiran meninggalkanmu."

"peduli amat! Kiran nggak akan meninggalkanku lagi!" Junot memandang Kiran di sampingnya. "Benarkan, Sayang?" ujarnya meminta pembelaan.

Kiran hanya tersenyum. Lucu sekali kedua sahabat yang dulu ia kira sepasang kekasih. Tingkah mereka seperti anak kecil yang saling berebut mainan, kekanak-kanakan.


Sementara itu sepasang mata pria memandangi kedua mempelai itu dengan binar tak kalah bahagia. Akhirnya dia bisa menikahkan adiknya. Ibunya pun juga terlihat bahagia di sudut lain ballroom hotel tempat resepsi. 

"Om, suatu saat nanti nikah ya sama aku!" Ucapan itu keluar begitu saja dari mulut seorang gadis berusia tujuh belas tahun. Sontak pria yang diajaknya bicara melongo tak percaya,terkejut. Senyuma di wajahnya hilang seketika.

"Hah?" 

"Janji ya, Om?" Gadis itu memperlihatkan deretan putihnya. Dengan sangat percaya diri meminta sesuatu yang hampir mustahil diwujudkan di masa depan. 

"Eh?" Si pria kebingungan menjawab. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil memandang sekelilingnya, gelisah. 

"Nela... Nela!" 

"Hah? Ada mama!" Tiba-tiba saja sang gadis belia mendekat pada si pria, bersembunyi di balik punggung tegap. "Om, jangan bilang sama mama!" bisiknya lirih. 

Si pria tidak menyahut. Dia bersikap santai. Beberapa detik kemudian seorang wanita berumur hampir empat puluhan mendekatinya. 

"Eh, kakak iparnya Junot kan?" tanya wanita itu. Padahal mereka sudah bertemu tiga kali, tapi ia masih merasa tidak yakin dengan sosok di hadapannya. 

Pria itu mengangguk sambil mengulurkan tangannya. "Dhimas Andro Bimantara," ucapnya memperkenalkan diri. 

"Anita, kakak sulungnya Fara," balas wanita itu. "Oh, ya kamu lihat gadis umur tujuh belasan pakai kebaya biru lewat sini tidak?" tanyanya. 

Dhimas menggeleng meski dia tahu siapa gadis yag dimaksud itu. 

"Ya, ampun... kemana sih itu anak. Kalau begini gimana aku bisa pulang?" gumam Anita sebal. 

"Memang kenapa Mbak terburu-buru? acaranya kan belum selesai." 

"Aku harus menunggui suamiku di rumah sakit. Dia sedang dirawat karena habis operasi kemarin," terang Anita. 

"Oh." Dhimas membulatkan mulutnya sambil menimang-nimang keputusan yang tepat. "Mbak pulang saja dulu, biar nanti aku yang mencari gadis itu..em..." 

"Nela!" potong Anita ketika meliha Dhimas bingung meneruskan kata-katanya. 

"Ya, Nela. Biar nanti aku yang mengantarnya," saran Dhimas. 

"Tapi aku tidak mau merepotkanmu." Anita tidak enak hati. 

"Tidak apa. Mbak kan sedang repot." Dhimas berusaha meyakinkan. 

"Baiklah. Sebelumnya terima kasih sudah mau membantuku. Anak itu memang sedikit bandel." 

Dhimas tersenyum maklum. Di usia muda seperti itu memang tidak mengherankan kalau bersikap bandel seperti itu. Ia pun pernah mengalaminya. 

"Ya, sudah.. aku pulang dulu." Anita pun beranjak meninggalkan Dhimas. 

Tida lama seorang gadis yang sedang dicari-cari meyembulkan kepalanya dari balik punggung Dhimas. Cengiran lebar menghiasi wajahnya. "Yes! Mama udah pergi," soraknya gembira. 

"Senang ya membuat ibumu kesusahan?" cibir Dhimas berkacak pinggang. 

"Hehe.. eh, tadi Om beneran kan mau mengantarkan aku pulang? Asyik.. Hmppt!" Nela makin gembira. Dia hampir berteriak menarik perhatian orang kalau saja Dhimas tidak segera membungkam mulutnya. 

"Bisa tidak kamu  tidak membuat keonaran sekali saja?" geram Dhimas setengah berbisik. ia pun melepaskan bekapan tangannya di mulut Nela. 

"Hehe... maaf Om. Habisnya aku senang bisa sama Om lama." Tidak ada rasa bersalah sedikit pun di wajah Nela. Gadis itu terlihat santai, tampak menikmati kebersamaannya bersama Dhimas. 

"Huh!" Dhimas mendengus kesal. Namun tiba-tiba saja gadis itu melakukan hal tak terduga kepadanya.

Cup! Sebuah kecupan singkat mendarat di pipi kanan Dhimas. "Makasih ya, Om!" 

Pria itu terperanjat. Tidak mampu berkata-kata.
@-@

6 Bulan kemudian...

Gadis itu masih memamerkan senyuman di wajahnya. Sejak kakinya melangkah untuk pertama kali di negara asing yang saat ini ia kunjungi sampai tiba di depan sebuah rumah bergaya mediterania. Sopir taksi yang mengantarnya sempeleng kepala, mengira gadis itu memiliki masalah kejiwaan. Namun, bukan Nela kalau masalah sepele seperti itu ia tanggapi. Nela dengan cuek dan percaya dirinya bersikap santai.

Dihampirinya pagar tinggi yang melindungi rumah di hadapannya. Seorang pria paruh baya berkumis menghampirinya. "Pak bukain gerbangnya dong!" Nela berseru keras. pria itu sampai terkejut.

"Kamu siapa? Ada perlu apa?" pertanyaan basa-basi khas sekuriti dilontarkan.

Nela berpikir sejenak. "Saya Nela pacarnya Om...  eh, Dhimas," jawabnya percaya diri.

Kontan saja si satpam mengernyit tidak percaya. Mana mungkin majikannya punya pacar yang terlihat sangat muda? Mungkin gadis ini masih berusia belasan tahun, batin si satpam. "Kamu jangan berbohong!"

"Eh, Bapak ini nggak percaya ya? Jangan salahkan saya ya kalau nanti dimarahi sama Dhimas gara-gara Bapak nggak mau membukakan gerbang buat saya," gertak Nela.

Si satpam menjadi panas dingin. Bagaimana kalau gadis ini benar pacar majikannya? Bisa susah dia nanti. "Tunggu sebentar!" pintanya. Si satpam berbali ke posnya, menghubungi majikannya, mencari kebenaran atas apa yang gadis asing itu ucapkan. Satu menit kemudian dia kembali untuk membukakan pintu gerbang.

Nela tersenyum riang. Dengan langkah penuh semangat ia masuk, melintasi halaman rumah itu. pintu bagian depan terbuka, Nela tidak perlu susah-susah mengetuknya. Tanpa dipersilahkan dia masuk. Gadis itu berlagak tidak seperti tamu melainkan seperti pemilik rumah.

Mata Nela berbinar senang. Seorang pria dengan setelah kemeja lengan panjang warna cream tengah duduk pada salah satu sofa di ruang tamu, membaca koran paginya. "Om Dhimaaassss!" Nela menghambur memeluk lengan kanan pria itu.

"Ih, Nela apaan sih?" Dhimas melepas pelukan gadis itu, risih.

"Aku kangen banget sama, Om," ujar Nela manja.

"Kamu berlebihan!" tegas Dhimas.

Nela mengerucutkan bibirnya. "Huh, Om pelit!" dengusnya kesal.

"Eh, siapa ini?" Seorang wanita setengah baya muncul. Raut wajah Nela berubah seketika. Dhimas masih datar-datar saja, terkesan tidak peduli.

"Itu, Ma. Yang aku bilang kemarin, keponakan Mbak Fara, anaknya Mbak Anita yang mau liburan di sini," jawab Dhimas.

Nela berdiri menghampiri wanita yang dipanggil mama oleh Dhimas. "Nela Maharani, em.. Oma," tuturnya seraya memperkenalkan diri.

Eva tersenyum ramah. "Waduh, Mama sudah dipanggil oma sama gadis sebesar kamu," seru Eva sambil menyalami Nela. Tiba-tiba Eva berpindah menatap sinis pada Dhimas. "Coba kalau itu dari cucu kandung Mama sendiri, pasti mama makin senang," sindirnya.

Dhimas tahu betul kalimat itu dimaksudkan untuk apa. Secara tidak langsung mamanya sedang meminta cucu darinya. Gimana bisa mendapatkan cucu darinya, kalau dirinya saja belum menikah, gerutunya membatin. Dhimas bangkit, menyambar jas hitam di atas lengan sofa. "Sebentar lagi mama juga dapat dari Kiran."

"Tapi kan Mama juga berharap banget dari kamu, Sayang. Jangan terus sibuk kerja, cepat cari menantu buat Mama," tuntut Eva.

Dhimas menghampiri Eva, meraih kedua bahunya. "Mamaku sayang, aku masih belum mau memikirkan itu. Mama kan juga sudah dapat menantu kan?"

Nela hanya bisa memandangi keakraban ibu dan anak itu. Dia ingin menyahut tapi tidak enak hati dengan Eva. Begini-begini dia kan harus jaga image di depan mama Dhimas. Harus bisa terlihat sebagai anak baik agar dapat diterima oleh wanita itu. Memikirkan menjadi menantu Eva Bimantara membuat Nela cekikikan tidak jelas.

Ujung ekor mata Dhimas menangkap sikap aneh Nela itu. pasti gadis labil itu sedang memikirkan hal-hal aneh. Dasar anak kecil! pikirnya. 

"Mama nggak mau tahu! pokoknya kamu harus segera cari pacar, cari calon istri!" tegas Eva.

"Iya, iya deh Mamaku sayang." Dhimas pasrah, tidak mau berdebat panjang. "Ya, sudah. Aku mau berangkat ke kantor dulu," pamitnya seraya mencium kedua pipi mamanya. Dhimas beralih pada Nela yang masih senyum-senyum sendiri. "Heh!, Gadis kecil!" panggil Dhimas. Sontak mengejutkan Nela. Lamunan gadis itu buyar seketika. "Kalau kamu mau jalan-jalan minta antar Pak Samir saja. Jangan buat keonaran ya!"

"Eh, tapi Om...."

"Nggak ada tapi-tapi. Kamu mau pulang ke Indonesia lagi?" Dhimas memotong sebelum Nela sempat memprotes panjang lebar. Nela tidak bisa membantah lagi mendapat ancaman seperti itu. Dhimas tersenyum penuh kemenangan. Siapa bilang susah mengendalikan gadis bengal seperti Nela. "Ya, sudah. Ingat, jangan berbuat yang aneh-aneh!" tegas Dhimas sekali lagi. Ia pun melangkah keluar, meninggalkan Nela dengan wajah cemberutnya.


Nela kira dengan berlibur di Singapura, ia bisa bersama-sama Dhimas setiap waktu. Ternyata untuk bertemu saja dengan pria itu susah sekali. Hanya ketika sarapan pagi saja Nela bisa melihat Dhimas. pria itu terlalu sibuk. berangkat pagi dan pulang saat larut malam ketika  Nela sudah tertidur lelap. Nela perlu mencari cara agar bisa bersama pria itu. Liburannya akan habis dalam waktu 15 hari lagi.
***

Nela bangun lebih awal pagi ini, bahkan sebelum orang-orang sudah bangun. Dia akan mulai melancarkan rencananya agar bisa selalu bersama Dhimas.

Brak! Prang! "Aduh!"

Bunyi berisik membangunkan para penghuni rumah bergaya mediteran itu. Semua bergegas menuju sumber suara. Mereka terkejut.

"Astaga, Nelaaa!" Dhimas yang pertama kali berseru.

Sementara itu, Eva menghampiri gadis yang tengah meniup punggung tangan kanannya. "Ya, ampun...kamu kenapa ada di dapur?" tanya Eva sambil melihat punggung tangan Nela. Ternyata tangan gadis itu terkena panas dari panci. Eva lalu beralih pada panci di atas kompos. "Kamu mau masak?" tambahnya.

Nela mengangguk disela ringisan kesakitannya. "Katanya Om Dhimas suka sup jagung. Jadi, aku mau membua sarapan sup jagung untuk Om Dhimas," jelas Nela.

Eva tersenyum mengerti. Sedangkan Dhimas malah memelototi Nela tajam.

"Lebih baik kamu obati tanganmu dulu," saran Eva.

"Tapi, Oma. Sup aku..."

"Sudah supnya biar Oma yang melanjutkan," potong Eva.

Nela hanya bisa pasrah, menyingkir dari dapur.

Gadis itu terduduk di atas sofa ruang tamu. Menunduk, meratapi kesalahannya. Andai saja dia mau menuruti mamanya untuk belajar memasak, mungkin kejadian seperti tadi tidak akan terjadi. Membuka tutup panci saja malah kena panasnya! Huh! Nela menggerutu dalam hati, menyalahkan dirinya sendiri.

"Mana tanganmu?"

Nela sibuk dengan pikirannya sendiri sampai tidak menyadari kehadiran Dhimas di sebelahnya. Sontak tangan Nela terulur.

"Memang yang kena panas tangan kirimu?" seru Dhimas langsung mengembalikan kesadaran Nela penuh.

"Eh..?" Nela menarik tangan kirinya dan balik mengulurkan tangan kanannya.

Dhimas meraihnya, mengoleskan salep di bagian yang terkena panas tadi.

Nela memandangi Dhimas lekat. Pria di sampingnya ini benar-benar tampan. Padahal dia masih mengenakan piyama dengan rambut acak-acakan. Sedikit pun tidak mengurangi ketampanan Dhimas. Terkesan sexy malah. Tiba-tiba saja pikiran aneh itu muncul dalam benaj Nela. Ia merona karena pikirannya itu.

"Lain kali nggak perlu masak kalau kamu nggak bisa." Omelan Dhimas membuyarkan lamunan Nela.

"Tapi kan aku mau masak makanan kesukaan Om," balas Nela.

"Itu nggak perlu. Bikin susah saja!"

Rasanya sakit saat dimana kita mencoba berkorban untuk orang yang kita sayangi tapi orang itu malah bersikap cuek dan menyalahkan kita. Nela menunduk sedih. Matanya memerah ingin menangis. "Aku cuma mau kelihatan baik di mata Om," ujarnya lirih.

"Kenapa? Apa kamu baru saja melakukan sesuatu yang bruk dan berusaha menebusnya dengan memasak makanan favoritku?" ujar Dhimas sinis. Tidak ada getar kasihan pada Nela.

"Aku...itu.. itu karena aku suka sama Om!" teriakan Nela menggema mengisi ruang tamu yang hanya dihuni oleh dia dan Dhimas. Pada detik berikutnya gadis itu terlihat terisak.

Dia menangis, karena aku? Dhimas menjadi sedikit bersalah. Dan apa tadi yang dia bilang? Suka padaku? Rasanya ia tidak ingin percaya sudah mendengar itu. Selama ini dia mengira gadis itu haya terpesona sesaat padanya.

"Nela, dengarkan aku. Kamu tidak seharusnya suka kpadaku. Aku itu kan Om kamu. lagi pula Jarak umur kita terlampau jauh."

"Aku nggak peduli!" Nela bersikeras.

Rabu, 01 Mei 2013

Metode Pembelajaran Efektif


Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia merupakan kunci sukses unutk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenakngkan dan tidak membosankan. Di bawah ini adalah beberapa metode pembelajaran efektif, yang mungkin bisa kita persiapkan.


Metode Debat
Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.
Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.
Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.

Metode Role Playing
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing:
Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.
1. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
3. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
4. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.

Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2. Berpikir dan bertindak kreatif.
3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.

Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
Langkah-langkah:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Kelebihan:
1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
Kekurangan:
1. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini

Cooperative Script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
6. Kesimpulan guru.
7. Penutup.
Kelebihan:
• Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
• Setiap siswa mendapat peran.
• Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan:
• Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
• Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).

Picture and Picture
Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
5. Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan / rangkuman.
Kebaikan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
Kekurangan:Memakan banyak waktu. Banyak siswa yang pasif.

Numbered Heads Together
Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Langkah-langkah:
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat
    mengerjakannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama
    mereka.
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6. Kesimpulan.
Kelebihan:
• Setiap siswa menjadi siap semua.
• Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
• Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
    Kelemahan:
• Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
• Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Seleksi topikParasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan kerjasamaParasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.
c. ImplementasiParasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
d. Analisis dan sintesisParasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
e. Penyajian hasil akhirSemua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.

f. EvaluasiGuru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
Metode Jigsaw

Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.


Metode Team Games Tournament (TGT)

Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Ada5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
1. Penyajian kelasPada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2. Kelompok (team)Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3. GameGame terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4. TurnamenBiasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5. Team recognize (penghargaan kelompok)Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40

Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD)
Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti.
Langkah-langkah:1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).
2. Guru menyajikan pelajaran.
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu
    menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
5. Memberi evaluasi.
6. Penutup.
Kelebihan:
1. Seluruh siswa menjadi lebih siap.
2. Melatih kerjasama dengan baik.
Kekurangan:
1. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
2. Membedakan siswa.

Model Examples Non Examples
Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah:
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan / menganalisa gambar.
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
6. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan.
Kebaikan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.
Model Lesson Study

Lesson Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang yang dalam bahasa Jepangnya disebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto Yoshida.
Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:
a. Perencanaan.
b. Praktek mengajar.
c. Observasi.
d. Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran.
2. Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang.
3. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.
4. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui.
5. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian bersama-sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Tahap ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
6. Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/ pembelajaran berikutnya dan seterusnya kembali ke (2).
Adapun kelebihan metode lesson study sebagai berikut:
- Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan pada setiap tingkatan kelas.
- Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah.


Permasalah terbesar yang dihadapi para peserta didik sekarang (siswa) adalah mereka belum bisa menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dan bagaimana pengetahuan itu akan digunakan. Hal ini dikarenakan cara mereka memperolah informasi dan motivasi diri belum tersentuh oleh metode yang betul-betul bisa membantu mereka. Para siswa kesulitan untuk memahami konsep-konsep akademis (seperti konsep-konsep matematika, fisika, atau biologi), karena metode mengajar yang selama ini digunakan oleh pendidik (guru) hanya terbatas pada metode ceramah. Di sini lain tentunya siswa tahu apa yang mereka pelajari saat ini akan sangat berguna bagi kehidupan mereka di masa datang, yaitu saat mereka bermasyarakat ataupun saat di tempat kerja kelak. Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang benar-benar bisa memberi jawaban dari masalah ini. Salah satu metode yang bisa lebih memberdayakan siswa dalah pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning / CTL)

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem pembelajaran yang cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna, dengan cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan dalam memori jangka pendek, yang mudah dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam memori jangka panjang sehingga akan dihayati dan diterapkan dalam tugas pekerjaan.

CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.

Menurut teori pembelajran kontekstual, pembelajaran terjadi hanya ketika siswa (peserta didik) memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dapat terserap kedalam benak mereka dan mereka mampu menghubungannya dengan kehidupan nyata yang ada di sekitar mereka. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa pikiran secara alami akan mencari makna dari hubungan individu dengan linkungan sekitarnya.

Berdasarkan pemahaman di atas, menurut metode pembelajaran kontekstual kegiatan pembelajaran tidak harus dilakukan di dalam ruang kelas, tapi bisa di laboratorium, tempat kerja, sawah, atau tempat-tempat lainnya. Mengharuskan pendidik (guru) untuk pintar-pintar memilih serta mendesain linkungan belajar yang betul-betul berhubungan dengan kehidupan nyata, baik konteks pribadi, sosial, budaya, ekonomi, kesehatan, serta lainnya, sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.

Dalam linkungan seperti itu, para siswa dapat menemukan hubungan bermakna antara ide-ide abstrak dengan aplikasi praktis dalam konteks dunia nyata; konsep diinternalisasi melalui menemukan, memperkuat, serta menghubungkan. Sebagai contoh, kelas fisika yang mempelajari tentang konduktivitas termal dapat mengukur bagaimana kualitas dan jumlah bahan bangunan mempengaruhi jumlah energi yang dibutuhkan untuk menjaga gedung saat terkena panas atau terkena dingin. Atau kelas biologi atau kelas kimia bisa belajar konsep dasar ilmu alam dengan mempelajari penyebaran AIDS atau cara-cara petani bercocok tanam dan pengaruhnya terhadap lingkungan.
Dengan menerapkan CTL tanpa disadari pendidik telah mengikuti tiga prinsip ilmiah modern yang menunjang dan mengatur segala sesuatu di alam semesta, yaitu:
1) Prinsip Kesaling-bergantungan,
2) Prinsip Diferensiasi, dan
3) Prinsip Pengaturan Diri.

Prinsip kesaling-bergantungan mengajarkan bahwa segala sesuatu di alam semesta saling bergantung dan saling berhubungan. Dalam CTL prinsip kesaling-bergantungan mengajak para pendidik untuk mengenali keterkaitan mereka dengan pendidik lainnya, dengan siswa-siswa, dengan masyarakat dan dengan lingkungan. Prinsip kesaling-bergantungan mengajak siswa untuk saling bekerjasama, saling mengutarakan pendapat, saling mendengarkan untuk menemukan persoalan, merancang rencana, dan mencari pemecahan masalah. Prinsipnya adalah menyatukan pengalaman-pengalaman dari masing-masing individu untuk mencapai standar akademik yang tinggi.

Prinsip diferensiasi merujuk pada dorongan terus menerus dari alam semesta untuk menghasilkan keragaman, perbedaan dan keunikan. Dalam CTL prinsip diferensiasi membebaskan para siswa untuk menjelajahi bakat pribadi, memunculkan cara belajar masing-masing individu, berkembang dengan langkah mereka sendiri. Disini para siswa diajak untuk selalu kreatif, berpikir kritis guna menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.

Prinsip pengaturan diri menyatakan bahwa segala sesuatu diatur, dipertahankan dan disadari oleh diri sendiri. Prinsip ini mengajak para siswa untuk mengeluarkan seluruh potensinya. Mereka menerima tanggung jawab atas keputusan dan perilaku sendiri, menilai alternatif, membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi, menciptakan solusi dan dengan kritis menilai bukti. Selanjutnya dengan interaksi antar siswa akan diperoleh pengertian baru, pandangan baru sekaligus menemukan minat pribadi, kekuatan imajinasi, kemampuan mereka dalam bertahan dan keterbatasan kemampuan.

Kembali ke konsep tentang CTL. Dalam pembelajaran kontekstual guru dituntut membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya adalah guru lebih berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Di sini guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa. Kegiatan belajar mengajar (KBM) lebih menekankan Student Centered daripada Teacher Centered. Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut: 1) Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa. 2) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama. 3) Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih dan mengkaiykan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual. 4) Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan hidup mereka. 5) Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti dijadikan bahan refeksi terhadap rencana pemebelajaran dan pelaksanaannya.

Kurikulum dan pengajaran yang didasarkan pada strategi pembelajaran kontekstual harus disusun untuk mendorong lima bentuk pembelajaran penting: Mengaitkan, Mengalami, Menerapkan, Kerjasama, dan Mentransfer.

MENGAITKAN: Belajar dalam konteks pengalaman hidup, atau mengaitkan. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru. Kurikulum yang berupaya untuk menempatkan pembelajaran dalam konteks pengalaman hidup harus bisa membuat siswa memperhatian kejadian sehari-hari yang mereka lihat, peristiwa yang terjadi di sekitar, atau kondisi-kondisi tertentu, lalu mengubungan informasi yang telah mereka peroleh dengan pelajaran kemudian berusaha untuk menemukan pemecahan masalah terhadap permasalahan tersebut.

MENGALAMI: Belajar dalam konteks eksplorasi, mengalami. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan-bahan dan untuk melakukan bentuk-bentuk penelitian aktif.

MENERAPKAN: Menerapkan konsep-konsep dan informasi dalam konteks yang bermanfaat bagi diri siswa. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistik dan relevan.

KERJASAMA: Belajar dalam konteks berbagi, merespons, dan berkomunikasi dengan siswa lain adalah strategi pengajaran utama dalam pengajaran kontekstual. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman bekerja sama tidak hanya membantu siswa mempelajari materi, juga konsisten dengan dunia nyata. Seorang karyawan yang dapat berkomunikasi secara efektif, yang dapat berbagi informasi dengan baik, dan yang dapat bekerja dengan nyaman dalam sebuah tim tentunya sangat dihargai di tempat kerja. Oleh karena itu, sanat penting untuk mendorong siswa mengembangkan keterampilan bekerja sama ini.

MENTRASFER: Belajar dalam konteks pengetahuan yang ada, atau mentransfer, menggunakan dan membangun atas apa yang telah dipelajari siswa. Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar dengan focus pada pemahaman bukan hapalan.

Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual (CTL) memiliki tujuah komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic). Adapaun penjelasannya sebagai berikut:

1. Konstruktivisme (constructivism). Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental mebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuanyang dimilikinya.

2. Menemukan (Inquiry). Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual Karen pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan (conclusion).

3. Bertanya (Questioning). Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk : 1) menggali informasi, 2) menggali pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community). Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari ‘sharing’ antar teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau. Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.

5. Pemodelan (Modeling). Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan malakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan ,elibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar.

6. Refleksi (Reflection). Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.

7. Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assessment). Penialaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.

Kelebihan & Kekurangan Contextual Teaching and Learning

Kelebihan
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.

Kelemahan

1. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.