Selasa, 11 Desember 2012

GREY


Berada di persimpangan dua warna, putih dan hitam. Anehnya kedua warna yang bertolak belakang sifatnya itu bisa bercampur menjadi warna baru dengan sifat baru. Abu-abu, tidak ada yang menarik dari warna itu. Warna langit mendung, warna manik mata orang-orang Eropa (mungkin). Tapi buatku abu-abu adalah warna diriku saat ini. 


Ada yang bilang aku baik. Ada yang mengatakan pula aku jahat. Kedua pernyataan itu benar. Bukankah setiap orang memiliki kedua sisi itu? Seperti mata uang logam punya dua sisi yang berbeda. Seperti itu diriku saat ini. Dua sisi yang berbeda dan bertolak belakang. 



Aku bisa menjadi pribadi yang menyenangkan sekaligus menjadi pribadi yang menjengkelkan. Sangat mudah, tergantung mood dan suasana. 



Tidak heran kalau sebagian orang mengatakan aku itu memakai topeng, munafik ata mungkin berkepribadian ganda. Silahkan berpendapat. Aku tidak terlalu peduli dengan pikiran orang. Yang tahu apa yang aku pikirkan dan ada di hatiku sebenarnya hanyalah aku dan Tuhan. Yang terpentingkan pandangan Tuhan, bukan pandangan orang terhadap kita. Yang bisa menilai dengan pasti baik dan buruk juga Tuhan. Manusia hanya bisa menduga. (Eh jadi ngelantur) 





Abu-abu menjadi salah satu warna favoritku. Antara teduh dan gelap. Itu yang kurasakan kalau melihat abu-abu. Seperti saat memandang mendung. Itu sebabnya aku suka hujan yag menyejukkan. 



Terkadang sulit menjadi pribadi abu-abu. Dua sisi saling berdebat atau berbenturan di dalam diri. Sisi gelap yang licik dan kejam mencoba mendominasi. Sisi putih tentu tidak mau kalah. Bisa bahaya kalau sisi satu itu kalah. Mejadi 100% jahat bukan impianku. Tidak ada dalam daftar cira-citaku. Jadi white tida boleh kalah. Berjalan dalam dua harmoni yang seimbang. Itu sudah cukup. (Sepertinya) 



Warna abu-abu mendadak muncul dalam diriku mungkin akibat aku yang beberapa waktu terakhir ini sering bersinggungan bahkan melihat sisi gelap orang-orang dibalik sisi putih topeng mereka. Benar-benar membuat syok. Seseorang yang dipuja, menjadi panutan bisa memiliki sisi tergelap yang sungguh hina. Menjijikkan. Sungguh menyesal pernah mengidolakannya. Lebih baik mengidolakan seorang yakuza yang nyata-nyata jahat daripada mengidolakan pribadi yang munafik seperti itu. 



Satu lagi penyebab abu-abu berkembang dalam diriku. Aku tipe pendendam dan tertutup. Apa yang kurasakan sering kali kusimpan rapat-rapat. Nah, karena selama ini aku terbiasa diam dengan perilaku orang-orang yang seenaknya dan suka memaanfaatkanku, lama kelamaan perasaab kecewa dan marah itu menumpuk. Hingga akhirnya meluap, menarik keluar dari sisi gelap. 



Makanya jangan kaget kalau aku yang sekarang itu sengak, pedas, sarkastis, dan mudah tersinggung. Jangan coba-coba menjadi teman yang numpang lewat. Kalau lagi sedih, terpuruk atau pas butuh aja ingat sama aku. Aku nggak akan segan-segan mengeluarkan kata-kata pedasku. Tersinggung sama sikapku ini? Itu sih derita lo aja! Kalau mau ngejudge orang mending bercermin dulu deh! 



Itu kata-kata yang menjadi andalanku kalau mereka menyalahkan sikap sengak dan sarkasmeku ini. 



Di dalam abu-abu aku memilih untuk berjalan sendiri. Tidak perlu memikirkan orang lain dan repot bergantung pada orang lain. Pribadi yang mandiri, itulah aku. Terserah deh kalau mau ngatain aku sombong, angkuh, judes, dan lain sebagainya. Itu urusan lo! Urusan gue ya, hidup gue. 



Sekian penjabaran abu-abu dalam pikiranku.

Tidak ada komentar: