Rabu, 05 Desember 2012

LAST PARTY WITH THE VAMPIRE


Gelap.
Lampu kerlap-kerlip.
Orang-orang memakai kostum aneh dan menyeramkan. Hallowen.
Sebuah ruangan.
Ceceran darah di mana-mana.
Seringaian mengerikan dan mata mereka... merah darah!

Griselda tenggelam dalam pikirannya sendiri. Visi-visi yang datang dalam mimpinya beberapa hari ini benar-benar telah menyita pikirannya. Suasana ramai di sekitarnya terabaikan. Ia memilih untuk duduk manis di sudut ruangan sementara itu Neva asyik berdansa dalam himpitan puluhan orang di tengah ruangan sana. Kerlap-kerlip lampu disko, musik super keras dari disk yang dimainkan DJ, puluhan orang berjejal, berdansa dan mabuk. Semuanya sangat perfect untuk sebuah pesta. Oh, jangan lupa dengan kostum yang mereka kenakan saat ini. Mencirikan pesta yang sedang mereka nikmati, Hallowen party.



Jujur, Griselda tidak pernah suka dengan yang namanya pesta. Dia tidak suka harus berada dalam satu ruangan penuh orang-orang mabuk dan bertindak gila. Jika bukan karena paksaan dari Neva, pasti Griselda lebih memilih menonton tv atau tidur di rumah.

Mendadak Griselda tersadar. Suasana ini.... ini mengingatkannya akan sesuatu. Ya, dia seperti pernah melihat semua ini. Akan tetapi dia tidak merasa yakin apa dan dimana. Nyaris putus asa, Griselda bangkit dari duduknya. Dia butuh tempat yang tenang untuk berpikir.

Gadis berambut panjang hitam legam itu berjalan melewati beberapa orang dengan susah payah. Sesekali dia harus mengucapkan kata maaf pada seseorang karena sudah menabrak. Bukan salah Griselda secara penuh. Tapi kebiasaan gadis itu sulit diubah. Dia terlalu sopan. Jauh berbeda dengan gadis seumurannya. Griselda memang berbeda. Dia sadar akan itu.

Gadis itu sama sekali tidak sadar. Sepasang kaki mengikutinya dari belakang. Bahkan sejak Griselda masuk ke aula sekolah yang sudah disulap menjadi ruang pesta, sang pemilik kaki itu sudah memandanginya. Ada sesuatu dari diri Griselda yang menarik perhatian sang pemilik kaki itu. Ada daya magnet kasat mata dalam dirinya. Yang pasti tidak sembarangan orang dapat melihatnya.

Griselda keluar dari aula, duduk pada salah satu bangku taman sekolah. Meski gelap, minim pencahayaan, Griselda tidak takut sendirian di tempat itu. Dia menengadahkan kepala, mendongak ke atas. Bulan terlihat penuh bersinar. Cantik dengan warna putih kemerahan. Mengingatkannya pada bentuk matahari senja atau saat terbit.

Langit sedikit berawan. Sebagian gumpalan awan itu melintas pelan, menutupi sebagian permukaan bulan. Ada yang aneh dengan kenampakan ini. Entah apa, intuisi Griselda hanya merasa seperti itu. Dia benci kondisi seperti ini, kondisi dimana dia hanya bisa mengira-ngira tanpa tahu pasti. Griselda menggeram kesal.

"Tidak kusangka ada gadis cantik duduk sendirian di sini."

Griselda tersentak kaget. Bagaimana mungkin seseorang menghampiri? Susah payah Griselda berusaha untuk tidak terlihat.

Gadis itu menoleh, memandangi pemilik suara itu. Seorang pria berambut ikal berjalan menghampirinya. Tidak ketara jelas warna rambutnya, sekilas seperti merah. entah itu karena cahaya bulan merah atau memang itu warna aslinya. Yang membuat pria itu mempesona adalah kostum yang dikenakannya. Setelan baju bergaya bangsawan Inggris abad pertengahan. Warnanya senada dengan warna rambut pria itu, merah kecoklatan.

"Kau tidak suka pesta?" pria itu duduk di sebelah Griselda tanpa dipersilahkan.

Griselda memandang lurus ke depan. "Tidak ada yang menarik di dalam sana," jawabnya datar.

pria itu terkekeh. "Benarkah? padahal semenjak tadi aku bertahan di dalam sana karena ada sesuatu yang menarik."

"Untukmu, tidak untukku." Griselda mulai tidak suka berlama-lama dengan pria itu.

Pria itu tergelak. Suaranya menggelegar di tengah kesunyian malam. Griselda keheranan setengah bingung. Apa pria ini gila? Kebingungan Griselda tidak bertahan lama karena teralihkan oleh suara teriakan yang tiba-tiba ia dengar. Teriakan beberapa orang sarat akan kepanikan dan rasa takut. Griselda merasa ada yang tidak beres.

"Sudah dimulai rupanya," gumam pria itu. Sontak membuat Griselda penasaran. Apa yang dia maksud?

"Apa maksudmu?" Gadis itu mengutarakan pikirannya.

Sang pria menyeringai. Sebuah seringaian yang langsung mengingatkan Griselda pada satu hal. Visi-visi itu... sesuatu yang ia lihat dalam mimpinya. Seketika wajahnya pucat. Ini tidak mungkin!

Secara impulsif, Griselda berlari cepat. Teriakan-teriakan tadi semakin jelas, mencekam dan mengerikan. Langkahnya begitu dekat dengan gedung aula. pestanya? Neva?

Griselda tidak peduli pada bahaya yang mengancamnya di tempat itu nantinya. Ia harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan Neva. Sayangnya, Griselda terlambat. Ruangan pesta tadi sudah berubah. Darah dan tubuh-tubuh tergeletak di lantai. Yang paling membuatnya semakin pucat adalah sosok-sosok dengan bibir penuh darah dan mata mereka yang merah. Mereka memangsa setiap orang dengan ganas, mencabik leher setiap orang. Mereka...mereka bukan manusia, Griselda menarik kesimpulan singkat.

Kakinya terpaku tidak mampu bergerak. padahal Griselda ingin lari menyelamatkan diri. Tidak bisa! Seperti ada sebuah kekuatan yang menguncinya di tempat. Sosok-sosok mengerikan itu mulai menyadari kehadiran Griselda sebagai satu-satunya manusia yang tersisa. Sial! Griselda mulai panik. Tubuhnya meronta ingin bergerak tapi nihil. Sosok-sosok itu berjalan mendekat, memancarkan sorot mata lapar. 

Ssshhhhh!

Di tengah kepanikan dan ketakutan Griselda, sebuah bayangan melesat cepat di depannya. Griselda sejenak menutup matanya. Saat membuka mata hal pertama yang ia dapati adalah punggung tegap seorang pria. "pergi kalian! Dia milikku! Gggrrrrrhhh." Sebuah gertakan diiringin geraman keras terdengar. Membuat sosok-sosok mengerikan itu tidak berani mendekat. Mereka menjauh seketika.

Griselda benapas lega. Ia akan sangat berterima kasih pada penolongnya. Dia menunggu pria itu berbalik agar dapat melihatnya. 

pada detik berikutnya pria itu menggerakkan bahunya, berbalik perlahan. Astaga! Griselda tidak ingin mempercayai penglihatannya. pria itu... pria yang tadi!

"Well, kau milikku sekarang!" Seingaian lebar terlihat, menampakkan dua buah gigi taring lancip. Griselda bergidik ngeri. Keluar dari lubang buaya masuk ke dalam rumah singa. Mata merah menyala menjadi sebuah pertanda akan rasa lapar dominan. Sudah pasti Griselda akan habis malam ini. Dia akan mati!

Tidak ada komentar: