Senin, 28 Mei 2012

REMEMBER ME

Hinamoto Yuri berjalan tergesa, setengah berlari dengan napas yg menggebu. Ia sudah terlambat untuk mengikuti kelas pertamanya di hari Senin. Hiroshi-san, dosen Ekonominya akan memberikan tugas setumpuk jika ia sampai terlambat lagi.

Gadis berambut pendek yg dipotong tak rata itu tak melihat sekitarnya. Fokus utamanya hanya satu, kelas di ujung lorong yang sedang ditelusurinya saat ini.

Bruk. Tubuh Yuri terhempas ke belakang. Pantatnya mendarat cukup keras di lantai. Ia meringis menahan sakit. Seseorang tiba-tiba muncul dari balik pintu kelas yang ia lalui. Sebuah tangan terulur di depan Yuri. Namun, gadis itu lebih cepat bangun. "Gawat! Aku sudah terlalu terlambat." Yuri kembali berlari menuju kelasnya, mengacuhkan seorang pria yang sudah siap membuka mulut untuk meminta maaf.
*

Buk. Sebuah benda bulat bercorak segienam dengan warna hitam dan putih menggelinding mengenai kaki Yuri yang menggantung. Ia segera memungut benda bulat yang tiba-tiba mengalihkan perhatiannya dari buku tebal yang dipangkunya. Tangannya bergerak mengambil benda bulat itu. "Gomennasai." Sebuah suara memaksa Yuri mendongakkan kepala. Seorang pria bermata sipit. Rambut merah basah yg mirip warna daun mample itu terkibas oleh sentuhan tangan kanan pria itu. Mempesona. Apa aku baru saja melihat malaikat? batin Yuri. Ia terpaku menatap lekuk wajah makhluk di depannya. "Gomen, bisa berikan bola itu padaku." Sekali lagi pria itu bersuara. Yuri tersadar kikuk.

"Oh, ini." Yuri mengulurkan bola dalam genggamannya. Sebuah senyuman menyambutnya hangat.

"Arigato, Yuri-chan," balas pria itu. Sekali lagi Yuri tercekat. Keningnya berkerut heran.

"Kau mengenalku?" tanyanya pada si pria. Pria berwajah tampan itu mengangguk.

"Ya, kita sering bertemu di lorong...melalui pertemuan yg mengesankan tentunya," jelas pria itu.

"Benarkah?Tapi aku tak mengenalmu," ujar Yuri masih penasaran.

"Kau tak mengingatku?" Alis hitam pria itu bertaut. "Ah, pasti kau tak mengingatku, kau tak pernah memandangku." Tangannya pun terulur. "Ishida Kazuya, pria yg selalu kau tabrak di lorong.Ingat?"
*

Kazuya memandang gadis di depannya dengan mata berbinar. Dia tak pernah mengingatku. Senyumnya kembali tersungging ketika mengingat kejadian demi kejadian pertemuannya dengan gadis bermata hitam pekat di hadapannya. 

"Apa ada yang lucu? Kenapa kau tersenyum terus?" Kening gadis itu berkerut heran. Merasa aneh dengan senyum Kazuya.

Melihat ekspresi gadis itu, Kazuya menahan senyumnya. "Ah, tidak. Hanya saja aku merasa lucu Yuri-chan tidak mengingatku," jelasnya. Kazuya berkata jujur.

"Aku memang tak mengingatmu, tapi aku merasa pernah melihatmu. Itu saja," balas Yuri. Ia meletakkan buku besar yang sejak tadi dibacanya ke samping, ke atas bangku yang didudukinya.

"Baiklah, Yuri-chan. Kita sudah berkenalan... dan aku harap setelah ini kau mengingatku. Ingat aku baik-baik." Kazuya membelai sekilas rambut hitam Yuri. Tesenyum manis dan berbalik meninggalkan Yuri dengan ketercengangannya. Bahkan kau akan mengingatku selalu. Mengingatku dengan sangat baik.

14052012/Semarang/Spring


Tidak ada komentar: